BALIKPAPAN — Suasana Hotel Gran Senyiur Balikpapan terasa istimewa sejak Rabu (23/7/2025), ketika lebih dari 500 peserta dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dalam Semiloka Nasional ke-5 Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI) — sebuah forum strategis yang menjadi wadah berbagi pengalaman sekaligus menyuarakan transformasi layanan kesehatan primer di Indonesia.
Salah satu isu yang paling mendapat perhatian adalah ancaman tuberkulosis (TB) pada anak-anak, yang kini menjadi fokus penanggulangan nasional. Berdasarkan laporan Global TB Report 2024, Indonesia tercatat sebagai negara dengan beban TB tertinggi kedua di dunia, dengan lebih dari 1 juta kasus per tahun, dan sekitar 135 ribu di antaranya dialami anak-anak usia 0–14 tahun.
Dalam salah satu sesi, dr. Titis Prawitasari, SpA(K) dari RSCM menyampaikan bahwa TB pada anak jauh lebih kompleks karena sistem imun yang belum sempurna, ditambah kondisi malnutrisi yang memperparah gejala dan memperlambat penyembuhan.
“Anak dengan TB dan malnutrisi membutuhkan asupan gizi lengkap, tinggi energi, dan kaya protein agar bisa pulih dengan optimal,” ujar dr. Titis.
Semiloka ini tidak hanya berisi diskusi dan paparan ilmiah, tetapi juga diisi dengan kegiatan nyata seperti pemeriksaan kesehatan gratis, edukasi gizi, dan simulasi pelayanan kesehatan primer berbasis komunitas.
Komitmen Pemerintah dan Dorongan APKESMI
Semiloka ini juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Dalam sambutannya, Wakil Wali Kota Balikpapan, Dr. Ir. Bagus Susetyo, MM, menegaskan komitmen daerah dalam mendukung transformasi layanan kesehatan primer, terutama untuk wilayah pelosok dan perbatasan.
“Puskesmas harus hadir tidak hanya sebagai tempat pengobatan, tetapi sebagai pusat edukasi, deteksi dini, dan penguatan komunitas,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum APKESMI, Kusnadi, SKM, MKes, menyampaikan bahwa keberhasilan transformasi layanan primer memerlukan kolaborasi lintas sektor, serta penguatan fungsi promotif dan preventif di seluruh Puskesmas.
“Puskesmas harus aktif mendeteksi TB anak sejak dini, memperkuat peran kader kesehatan, dan menjangkau komunitas yang paling rentan,” tegasnya.
TB Anak: Ancaman Nyata, Tanggapan Harus Serius
Data menunjukkan bahwa TB pada anak bukan sekadar gangguan kesehatan sementara. Penyakit ini dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan otak, bahkan meningkatkan risiko stunting dan kecacatan jika tidak ditangani secara tepat dan cepat. Oleh karena itu, integrasi layanan kesehatan yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif menjadi sangat penting.
Poin-poin Strategis yang Disepakati dalam Semiloka:
- Pentingnya deteksi dini TB anak di lingkungan sekolah dan keluarga
- Integrasi layanan gizi dan TB di fasilitas kesehatan primer
- Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan sarana diagnostik di Puskesmas
- Penguatan peran komunitas dan kader dalam edukasi serta pemantauan anak-anak
Kegiatan ini diakhiri dengan rekomendasi bersama untuk mempercepat transformasi layanan primer yang lebih tanggap terhadap kebutuhan anak-anak dan masyarakat rentan. Dari Balikpapan, semangat untuk membangun Puskesmas yang responsif dan adaptif kembali digaungkan, membawa harapan bagi masa depan kesehatan Indonesia yang lebih baik.