Sawah Jadi Destinasi Wisata, Bukit Biru Tawarkan Agrowisata Edukatif

Area persawahan di kawasan Bukit Biru, Kukar.
ILUSTRASI- Persawahan di Kutai Kartanegara.

TENGGARONG – Kelurahan Bukit Biru, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara memilih jalur unik dalam membangun wilayahnya: mengubah hamparan sawah menjadi destinasi agrowisata edukatif.

Tak hanya menyuguhkan pemandangan, tapi juga pengalaman bertani yang autentik bagi pengunjung kota.

Langkah ini digagas langsung oleh Plt Lurah Bukit Biru, Sri Herlinawati, yang ingin menjadikan hamparan sawah bukan hanya sebagai sumber pangan, tetapi juga sebagai ruang refleksi, edukasi, dan ekonomi kreatif bagi masyarakat dan pengunjung.

“Kami ingin mengembalikan hubungan masyarakat—baik lokal maupun pengunjung—dengan nilai-nilai pertanian yang kini mulai terlupakan. Sawah bukan hanya tempat menanam padi, tapi juga ruang budaya dan edukasi,” ungkap Sri Herlinawati, Rabu (23/4/2025).

Melalui rencana ini, Bukit Biru tidak sekadar menjual pemandangan alam, melainkan menyuguhkan pengalaman otentik: mulai dari belajar menanam padi, memahami irigasi tradisional, hingga menikmati kuliner khas desa di gazebo pinggir sawah.

Pendekatan ini menjadikan agrowisata bukan hanya rekreasi, tapi juga living heritage.

“Bayangkan anak-anak kota bisa turun ke lumpur, menanam padi, dan mengenal siklus tanam. Itulah edukasi berbasis alam yang ingin kami hidupkan,” tambahnya.

Konsep agrowisata Bukit Biru juga mencakup pelibatan aktif warga setempat. Petani, ibu rumah tangga, hingga pemuda akan diberdayakan sebagai pelaku utama—sebagai pemandu wisata, pengelola warung, hingga penyedia layanan homestay.

“Kita ingin warga menjadi subjek pembangunan wisata, bukan hanya penonton. Ini peluang ekonomi sekaligus cara menjaga tradisi bertani tetap hidup,” tegas Sri Herlinawati.

Untuk mendukung visi ini, pihak kelurahan juga telah membuka komunikasi dengan Dinas Pariwisata Kukar.

Dukungan lintas sektor dianggap penting agar program agrowisata bisa dibangun secara terintegrasi dan berkelanjutan.

Dengan pendekatan ini, Kelurahan Bukit Biru tidak hanya memperkenalkan wajah baru dalam pengelolaan wilayah, tetapi juga memberi pesan kuat: bahwa kemajuan tidak harus melupakan akar.

Sawah bisa jadi simbol ketahanan, edukasi, dan estetika, jika dikelola dengan visi yang berakar pada budaya. (adv)

Penulis: TIMEditor: TIFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *