EKOBIS  

Rp800 Triliun Mengalir di Sistem Keuangan, Tapi Belum ke Masyarakat

Gubernur BI Perry Warjiyo (Ilustrasi by AI)

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) sudah menyalurkan stimulus likuiditas dalam jumlah jumbo, namun aliran dana itu dinilai belum sepenuhnya menyentuh sektor riil.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, sejak beberapa periode terakhir pihaknya telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebanyak enam kali hingga ke level terendah, memangkas imbal hasil instrumen moneter, membeli Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp217 triliun, serta menggelontorkan insentif likuiditas Rp380 triliun. Total tambahan likuiditas yang tersedia di sistem keuangan, menurut Perry, sudah mencapai sekitar Rp800 triliun.

“Pemerintah juga menambah Rp200 triliun. Jadi, stimulus likuiditas yang ada di sektor keuangan sangat besar,” jelasnya.

Namun, ia menyoroti lambannya penyaluran dana tersebut menjadi kredit bagi masyarakat maupun pelaku usaha. Padahal, berbagai indikator biaya dana sudah menurun.
“BI Rate sudah turun, suku bunga pasar uang turun, yield SBN juga turun. Tetapi suku bunga deposito dan kredit belum sepenuhnya menyesuaikan,” kata Perry.

Ia menegaskan, dengan suku bunga deposito yang hanya 3,75 persen, perbankan semestinya lebih agresif menyalurkan kredit ketimbang menempatkan dana kembali ke BI. Menurutnya, penurunan bunga simpanan otomatis menurunkan biaya dana (cost of fund), sehingga bank punya ruang untuk menekan bunga pinjaman.

Perry juga menekankan pentingnya sinergi kebijakan agar stimulus moneter dapat lebih efektif. Ia menyambut baik rencana pemerintah mempercepat realisasi belanja negara, yang diyakini langsung memberi dorongan ke sektor riil.

“Dengan belanja negara yang dipercepat, daya serap sektor riil akan lebih kuat, sehingga dukungan kebijakan moneter bisa optimal mendorong pemulihan ekonomi,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *