Potensi Ekonomi Bendungan Marangkayu, Peluang Baru bagi UMKM dan Pariwisata

Pembangunan Bendungan Marangkayu yang Saat Ini Masih Sedang Berlangsung
Pembangunan Bendungan Marangkayu yang Saat Ini Masih Sedang Berlangsung

Tenggarong – Pembangunan Bendungan Marangkayu tak hanya membawa manfaat bagi sektor pertanian dan penyediaan air bersih, tetapi juga membuka peluang baru bagi pengembangan ekonomi lokal, termasuk sektor UMKM dan pariwisata.

Bendungan ini diperkirakan akan menarik aktivitas ekonomi baru di sekitar wilayah pembangunannya, mulai dari usaha kecil seperti warung makan dan penginapan, hingga potensi wisata air yang dapat dikembangkan di masa depan.

Menurut Sutrisno (40), seorang pemilik warung di sekitar proyek pembangunan, keberadaan bendungan ini akan meningkatkan jumlah kunjungan ke wilayah tersebut.

“Kalau bendungan sudah jadi, pasti akan banyak orang datang, baik pekerja maupun wisatawan yang ingin melihat bendungan. Saya berharap usaha kecil seperti warung dan penginapan bisa ikut berkembang,” katanya.

Selain itu, bendungan ini juga berpotensi menjadi destinasi wisata baru, sebagaimana bendungan lain di Indonesia yang telah berkembang menjadi objek wisata alam dan olahraga air.

Pemkab Kukar melihat peluang ini dan berencana untuk melakukan kajian lebih lanjut mengenai pemanfaatan area sekitar bendungan untuk pariwisata berbasis alam.

Asisten II Setkab Kukar, Ahyani Fadianur Diani, menegaskan bahwa Pemkab Kukar tidak hanya fokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga bagaimana proyek ini bisa berdampak luas bagi masyarakat.

“Kami ingin proyek ini berjalan dengan baik, tidak hanya selesai secara fisik, tetapi juga benar-benar memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Kukar,” tegasnya, Minggu (2/3/2025).

Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Yosiandi Radi, menjelaskan bahwa total kebutuhan lahan untuk proyek ini mencapai 653,09 hektare atau 1.224 bidang tanah.

Hingga saat ini, 47 persen lahan telah dibebaskan, terdiri dari tanah masyarakat 196,15 hektare (351 bidang), tanah PTPN 114,8 hektare (112 bidang), dan tanah KSP 0,1 hektare (1 bidang).

Sementara itu, tanah yang belum dibebaskan masih sekitar 53 persen, meliputi tanah masyarakat 109,94 hektare (243 bidang), tanah PTPN 87,2 hektare (249 bidang), tanah KSP 81,9 hektare (133 bidang), dan tanah PHSS 61 hektare (129 bidang).

Menurut Yosiandi, bendungan Marangkayu nantinya akan memanfaatkan air dari Sungai Marangkayu dan Sungai Prangat, dengan berbagai fungsi strategis.

Di antaranya, menyuplai air irigasi untuk lahan pertanian seluas 1.500 hektare, memproduksi air baku sebesar 450 liter per detik, mendukung ketahanan pangan dan ketahanan air, menjadi potensi sumber energi terbarukan melalui PLTMH dengan kapasitas 135 kWh, dan meningkatkan potensi pariwisata di Marangkayu.

“Kami terus melakukan penyempurnaan konstruksi bendungan yang masuk dalam PSN guna meningkatkan kapasitas tampungan air, yang sangat penting untuk mendukung program ketahanan pangan di Kaltim,” tandasnya.

Dengan strategi yang tepat, Bendungan Marangkayu dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, memberikan manfaat bagi berbagai sektor sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. (adv)

Penulis: TIMEditor: TIFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *