Petani di Babulu Masih Terkendala Irigasi, Ini Solusi Wakil Ketua DPRD PPU

Pertanian di Kecamatan Babulu, Kabupaten PPU.
Pertanian di Kecamatan Babulu, Kabupaten PPU.

Penajam – Para petani di Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) masih kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air irigasi.

Akibatnya, mereka hanya mengharapkan air hujan untuk mengairi sawah mereka dan berdampak terhadap musim tanam.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Syahruddin M.Noor mengatakan, untuk menyelesaikan persoalan itu hanya dengan cara mempercepat pembangunan bendung Talake.

“Masyarakat di Babulu sebenarnya butuh percepatan bendung Telake. Saya kira akan teratasi semua khususnya air, karena selama ini petani masih mengandalkan lahan tadah hujan,” katanya.

Ia mengatakan, percepatan pembangunan bendung Talake yang akan dilakukan pemerintah pusat jelas akan memberikan dampak positif bagi para petani.

Bila kebutuhan irigasi terpenuhi lanjutnya, maka petani bisa melakukan tanam lebih sekali setahun dengan hasil yang maksimal.

Selain persoalan irigasi lanjutnya, ketersediaan pupuk subsidi juga sangat diharapkan para petani di Babulu. Karena selama ini para petani lanjutnya masih cukup kesulitan untuk mendapatkan pupuk subsidi dari pemerintah.

“Padahal pupuk ini kan kebutuhan sangat penting bagi petani karena akan meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka,” katanya.

Untuk itu, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar nantinya para petani bisa mendapatkan pupuk subsidi dengan mudah.

Politisi Demokrat ini bahkan menyarankan agar Bank Kaltimtara bisa turut membantu mengurai masalah kemudahan berbelanja pupuk bagi warga PPU.

“Ini merujuk pada permasalahan yang terjadi dalam pembelian pupuk menggunakan kartu tani, yang seringkali tidak efektif karena birokrasi yang rumit,” katanya.

Untuk itu, ia menginginkan setiap kios penjualan agar dibuatkan dengan sistem pembayaran QRIS yang ditempel di depan kios.

“Karena kemarin agak riweh, ada kartu tani yang tidak punya isinya, jadi disuruh mengisi baru dibelanjakan,” ucapnya.

Bank Kaltimtara dalam hal ini, supaya memberikan dana awal dan melengkapi tiap kios dengan sistem pembayaran digital (QRIS) tersebut, kemudian setelah panen baru dana itu dikembalikan.

“Ini menjadi diskusi saya dengan pimpinan Bank Kaltimtara, mereka setuju sebenarnya,” imbuhnya. (adv)

Penulis: TIMEditor: TIFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *