Menembus Medan Ekstrem, Pertamina Patra Niaga Bawa Harapan ke Desa Mului

Tim Pertamina Patra Niaga menyalurkan bantuan kepada warga Desa Mului di tengah keterpencilan dan keterbatasan akses.

Paser – Tim PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan menuntaskan ekspedisi sosial yang penuh tantangan menuju Desa Mului, sebuah kampung adat terpencil di kaki Gunung Lumut, Kabupaten Paser. Ekspedisi yang berlangsung selama tiga hari, sejak Kamis (29/5) hingga Sabtu (31/5), dipimpin langsung oleh Executive General Manager (EGM), Alexander Susilo.

Desa Mului, yang dihuni oleh sekitar 40 kepala keluarga, hanya dapat diakses melalui perjalanan panjang dan berat. Rombongan Pertamina menempuh tiga jam perjalanan menggunakan mobil dari Penajam Paser Utara, sebelum harus melanjutkan dengan sepeda motor karena kondisi jalan yang sempit, curam, dan berlumpur.

“Tantangannya luar biasa. Setelah tiga jam pakai mobil, kami harus pindah ke motor karena jalannya sangat sempit dan curam. Ini membuka mata kami betapa terisolasinya desa ini,” ujar Alexander.

Setibanya di lokasi, tim yang terdiri dari 17 orang disambut hangat oleh masyarakat. Bantuan yang disalurkan mencakup sembako, perlengkapan ibadah, alat tulis untuk anak-anak, serta pakaian untuk balita. Kegiatan sosial juga melibatkan warga, seperti membersihkan musala desa dan berbagi makan malam di rumah-rumah warga yang sederhana namun penuh kehangatan.

“Kami datang untuk berbagi tali asih. Melihat langsung kondisi di sini, kami sadar mereka butuh lebih dari sekadar bantuan materi. Mereka butuh akses dan perhatian,” lanjut Alexander.

Selama satu malam, rombongan bermalam di rumah-rumah warga. Kedekatan emosional antara tim Pertamina dan masyarakat pun terjalin dalam suasana kekeluargaan.

“Kami merasa seperti keluarga. Meskipun fasilitas terbatas, sambutan mereka luar biasa. Ini pengalaman yang akan kami kenang seumur hidup,” katanya.

Jidan, Ketua Adat Desa Mului, menyampaikan rasa harunya atas kunjungan tersebut.

“Terima kasih sudah nekat datang ke sini. Bapak-Ibu sendiri yang lihat, inilah keadaan kami. Jalan rusak, kami seperti terkurung,” ucap Jidan dengan mata berkaca-kaca.

Ia berharap ekspedisi ini membuka mata pihak terkait agar memperhatikan kondisi infrastruktur desa.

“Kami hanya ingin jalan yang layak agar anak-anak bisa sekolah tanpa hambatan dan warga mudah dapat bantuan,” tambahnya.

Alexander menegaskan bahwa ini bukan kunjungan terakhir. Pihaknya akan terus mengevaluasi kebutuhan warga, terutama terkait akses transportasi dan komunikasi.

Ekspedisi ini bukan sekadar misi sosial, tapi sebuah perjalanan yang sarat makna: tentang kepedulian, perjuangan, dan harapan yang tumbuh dari pelosok negeri.

Penulis: TIMEditor: TIFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *