Amplang Balet dari Teluk Dalam, Camilan Inovatif Kelas Dunia Berbasis Sarang Walet

Kepala Desa Teluk Dalam, Supian, menunjukkan produk unggulan Amplang Balet, camilan inovatif berbasis sarang burung walet yang kini rutin diekspor ke Singapura dan Thailand.

Tenggarong – Desa Teluk Dalam, Kecamatan Tenggarong Seberang, tak hanya dikenal dengan kue keroncongnya yang legendaris.

Kini, desa yang terletak di pesisir Sungai Mahakam itu kembali mencuri perhatian lewat produk kuliner yang tak biasa: Amplang Balet, camilan berbahan dasar sarang burung walet yang sukses menembus pasar ekspor.

Produk inovatif ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas warga desa dapat menjelma menjadi peluang ekonomi berskala global.

Kepala Desa Teluk Dalam, Supian, menyebut bahwa Amplang Balet telah mulai diekspor sejak 2023 ke dua negara Asia Tenggara, yaitu Singapura dan Thailand, dan terus menunjukkan pertumbuhan permintaan yang menjanjikan.

“Awalnya kami kembangkan sebagai variasi dari amplang biasa. Tapi karena bahan dasarnya sarang burung walet, rasanya jadi unik, dan kandungan gizinya tinggi. Sekarang, produk ini sudah jadi andalan ekspor kami,” ujar Supian, Sabtu (28/6/2025).

Produk ini dijual dengan harga premium, yakni Rp 150 ribu per kilogram atau sekitar Rp 15 ribu per gram.

Meski harganya relatif tinggi dibanding amplang pada umumnya, konsumen tetap antusias karena cita rasanya yang gurih alami serta manfaat kesehatan dari kandungan protein dan mineral dalam sarang burung walet.

Tak hanya mengandalkan kelezatan rasa, kesuksesan Amplang Balet juga tak lepas dari strategi branding dan pemasaran digital yang digalakkan oleh pelaku UMKM desa, dengan dukungan kuat dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag).

Disperindag Kukar secara rutin memberikan pelatihan, pendampingan produksi, hingga fasilitasi pengurusan izin edar dan sertifikasi produk.

Mereka juga menggandeng mitra korporasi seperti PT Multi Harapan Utama (MHU) untuk memberikan sokongan dana dan pembukaan akses pasar luar negeri.

“Ini contoh kolaborasi yang berhasil. Pemerintah, swasta, dan masyarakat bekerja bersama-sama. Kita tidak hanya bicara soal produk lokal, tapi produk global yang lahir dari desa,” kata salah satu pendamping UMKM Disperindag Kukar.

Supian menambahkan bahwa keberhasilan ini menjadi motivasi besar bagi pemerintah desa untuk mendorong pengembangan produk-produk unggulan lainnya.

Ia menyebut bahwa beberapa warga kini mulai bereksperimen membuat olahan lain dari bahan-bahan lokal yang sebelumnya tak terpikirkan untuk diolah menjadi produk ekspor.

“Ini menjadi momentum baru bagi Teluk Dalam. Kami ingin desa ini dikenal bukan hanya karena tradisinya, tapi juga inovasi dan daya saing produknya,” tegas Supian.

Ia pun mengajak seluruh pelaku UMKM di Teluk Dalam untuk tidak takut berinovasi dan terus memperluas wawasan pasar. Menurutnya, selama ada kemauan, produk desa mana pun bisa bersaing di kancah internasional.

Ke depan, Pemdes Teluk Dalam berencana membentuk koperasi khusus untuk pengelolaan ekspor dan pengembangan produk olahan walet agar sistem distribusinya lebih tertata. Selain itu, pelatihan berkelanjutan akan difokuskan pada kualitas produk, pengemasan, dan strategi digital marketing.

Dengan semangat kolaboratif dan daya inovasi yang tinggi, Amplang Balet menjadi bukti bahwa desa pun bisa bicara di panggung global. Teluk Dalam kini berdiri bukan hanya sebagai penghasil produk tradisional, tetapi sebagai pionir desa ekspor yang membanggakan Kukar di mata dunia. (adv)

Penulis: TIMEditor: TIFA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *